Kadisdik Puwakarta Hadiri In House di SMPN 1 Campaka

In House Training di SMP Negeri Campaka
KIMPurwakarta.web.id - Jajaran Manajemen SMP Negeri 1 Campaka gelar In House Training bertajuk "Revisi Perangkat Pembelajaran Dan Strategi Belajar Dirumah (BDR) dalam Era Pandemi Covid-19", Kamis (7/8).

Ditemui di lokasi, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Campaka, Raden Ati Sudyahati, S.Pd.,M.Pd. mengatakan, kegiatan ini di ikuti sebanyak 40 peserta terdiri dari Guru dan 10 Staf Tata Usaha, sementara pelaksanaan kegiatan berjalan selama 4 hari.

“Kami berharap kegiatan ini bisa berjalan dengan baik dan lancar, sebab tujuan utama workshop tidak lain adalah untuk mencapai pembelajaran yang lebih baik lagi pada tahun pelajaran 2020/2021. Diantaranya juga terkait dengan pembelajaran jarak jauh. Melalui workshop ini, kami harap teknis pembelajaran bisa terlaksana lebih baik lagi," katanya.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Purwakarta H. Purwanto berkesempatan hadir langsung sekaligus memberikan arahan kepada para peserta yang terlibat dalam kegiatan.

"Sekolah harus menjadi tempat yang paling menyenangkan untuk para siswa. Dan untuk mewujudkan itu, maka kerjasama yang apik antara sekolah, orangtua dan lingkungan sekitar adalah ‘modal’ sosial yang tidak bisa dinafikan," tegasnya.

GURU HARUS KREATIF DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH

Terlebih, pada situasi darurat pandemi, sambung Kadisdik Purwanto, kreatifitas para guru harus lebih ditingkatkan lagi. Disadari, pembelajaran daring memiliki kelemahan-kelemahan. Sehingga, patut dicari cara untuk meminimalisir kelemahan pembelajaran tersebut.

“Pembelajaran daring (dalam jaringan/online ; Red) bisa dikolaborasikan dengan pembelajaran luring (luar jaringan : Red). Diantaranya, datangi langsung rumah para peserta didik, kemudian pastikan apakah peserta didik melakukan kegiatan aplikatif keseharian seperti membantu pekerjaan rumah orang tua, mengaji ngepel, cuci piring. 


Harap diingat, keutamaan pendidikan ialah kemuliaan akhlaq dan prilaku. Semua harus dibangun oleh sekolah, para guru harus mampu mengedukasi, menggali, dan menangkap potensi anak. Dengan bekal tersebut, pada akhirnya pendidikan mampu memberikan solusi pemecahan masalah anak di ruang kelas dan di rumah,” tegasnya.

Berpikir out of the box (di luar kebiasaan : Red), imbuh dia lagi, adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi dalam kondisi saat ini. Tanpa kecuali, hal tersebut juga berlaku untuk para guru yang bagaimanapun adalah pribadi yang bertugas di garis depan penyelenggaraan pendidikan.

“Para guru dituntut untuk bisa berfikir alternatif. Saya sarankan keluarlah dari kebiasaan (out of the box). Jangan terpaku pada dokumen kurikulum yang tertulis. Kita semua tahu ada istilah kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) dalam dunia pendidikan. Pahamilah itu. Dalam konteks itu, maka toilet yang ada di lingkungan sekolah harus menjadi bagian kurikulum. Pun, sama halnya, halaman sekolah, saluran air, taman-taman kelas dan penataan ruangan kelas. Semua itu harus menjadi bagian dari kurikulum yang diajarkan kepada para siswa,” tegasnya.

Apalagi jika dibudayakan sebagai bagian dari pembelajaran, lanjut Kadisdik Purwanto, maka hal-hal kecil yang sebetulnya adalah bagian dari keseharian tersebut akan menjadi kesadaran yang terpatri kuat di benak dan jiwa para peserta siswa. Pada akhirnya, siswa menjadi pribadi yang mawas diri terhadap situasi lingkungannya.

“Dan itu bisa terjadi jika perilaku guru konsisten dengan apa yang disampaikan kepada para siswa. Sehingga, dalam perspektif tertentu, semua perilaku guru adalah kurikulum. Sehingga, apa yg harus kita lakukan? Jelas bahwa toilet harus bersih dan nyaman. Taman-taman harus indah. Lingkungan sekolah harus bersi. 


Ia menambahkan, perilaku guru harus jadi teladan agar terjadi resonansi terhadap diri siswa ada getaran nilai-nilai positif dari apa yang diindra oleh siswa dari lingkungan, sehingga getaran itu masuk kedalam qalbu dan bersemayam dalam diri siswa. Ingat, dimasa-masa seperti sekarang, pembelajaran berbasis proyek itu dipandang cukup efektif. 

"Berilah siswa tugas untuk membersihkan rumah yang mengkolaborasikan beberapa mata pelajaran, membuat makanan, membuat pupuk, melakukan penembang biakan tanaman melalui stek dan okulasi. Setelah itu, bawa hasilnya ke sekolah untuk ditanam dan diceritakan dalam bentuk tulisan atau audio visual. Dengan model terintegrasi tersebut, saya yakin proses pembelajaran serta relasi antara guru dan siswa menjadi jauh lebih menyenangkan,” begitu papar lengkapnya. (*)