Mengenal KPP TPS 3 Resik dan RMP, Manfaatkan Maggot Untuk Atasi Masalah Sampah Hingga Bernilai Ekonomis

Purwakarta
- Sampah organik memang tidak bisa lepas dari keseharian kita. Sampah-sampah organik ini dianggap tidak berguna tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar. Sampah organik sendiri terdiri dari sampah seperti sisa-sisa makanan, sayuran, atau pun dedaunan.

Kita bisa mengurangi jumlah sampah organik tersebut salah satunya dengan menggunakan maggot. Apa itu maggot? Maggot merupakan larva serangga Black Soldier Flies (BSF) yang dapat mengubah material organik menjadi biomassanya.

Lalat ini berbeda dari jenis lalat biasanya, karena larva yang dihasilkan bukan larva yang menjadi medium penyakit. Maggot ini mampu mengolah sampah organik dalam waktu yang lebih cepat dan biaya murah.

Seperti hal yang dilakukan oleh kelompok warga Kelurahan Sindangkasih Kec/Kab Purwakarta yang tergabung dari Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) TPS 3 Resik dan Rumah Maggot Purwakarta (RMP) yang memanfaatkan maggot atau larva dari lalat menjadi salah satu solusi dalam mengurai sampah organik di wilayahnya.

Asal Berdirinya KPP TPS 3 Resik Sindangkasih

Ketua KPP TPS 3 Resik, Eka Heryana memaparkan, kami sebagai pengelola awalnya kita mendapat bantuan Kementerian PUPR lewat program Citarum harum dan mendapatkan gedung ini dengan anggaran sebesar 600 juta berikut dengan alat sarana dan prasarananya.

"Dari situ dibentuklah KPP TPS 3 Resik yang diberikan SK oleh Kelurahan," ucap Eka saat di temui Media KIM Kabupaten Purwakarta, Minggu (21/3/21).

Sempat Didemo Karena Bau Sampah

Ia menjelaskan, pada waktu 2020 dari Kementerian awalnya tidak ada maggot, juknisnya sendiri itu adalah aerob aerator bambu. Sementara pada waktu itu kami didemo oleh masyarakat dan kantor-kantor sekitar, karena menimbulkan polusi bau. Selanjutnya kami dengan rekan-rekan berpikir bagaimana caranya KPP Resik ini bisa berjalan.

"Alhamdulillah kami bekerjasama dengan Rumah Maggot Purwakarta (RMP) dengan maggotnya sampai sekarang ini kami terus berjalan, masalah bau pun bisa teratasi," kata Eka.

Alur Proses Sampah Hingga Permentasi, Pakan dan Pupuk

Direktur Utama RMP, Ridwan Kurniawan menjelaskan, sampah berasal dari warga sekitar yang ditarik oleh petugas KPP TPS 3 R ketempat sini, lalau sampah di pilah antara organik, anorganik dan residu. Selain dipilah, kita juga menimbang beban bobot sampat itu antara organik, anorganik dan residu itu sebagai gambaran atau data kita.

"Sampah yang sudah dipilah dan kita cacah, lalu kita permentasi ke tong-tong," tutur Ridwan,, Minggu (21/3/21).

Lanjut Ridwan, karena kita sepakat antara KPP TPS 3 Resik dan RMP dengan menggunakan konsep permentasi. TPS ini agar tidak terlihat kotor/jorok, tiap sore para pengurus membersihkan dan membersihkan. Dengan begitu tempat ini agar tidak terlihat kotor atau identik seperti penimbunan sampah.

"Hasil dari permentasi kita kasihkan ke maggot atau di biokonversi oleh maggot tersebut. Untuk maggot sendiri akan di budidayakan kembali ,cikal-bakalnya lalat BSF kembali menjadi prapupa dan pupa," katanya.
 

Manfaat atau Nilai Ekonomis dari Hasil Sampah dan Maggot

Ridwan menyebutkan, sampah yang sudah di permentasi dari tong-tong tesebut setelah beberapa hari, dengan maksimal 12 hari dan dikasihkan ke larva maggot akan terurai.

"Manfaatnya dari hasil permentasi menjadi bahan turunan dari pupuk organik cair (POC), sampahnya dari hasil maggot sendiri akan mengghasilkan kasgot atau pupuk padat organik," ucap Ridwan.

Menurut Ketua KPP TPS 3 Resik, Eka Heryana, sampah organik dari warga tersebut hasilnya akan bermanfaat dan ada nilai ekonomis, yaitu hasilnya seperti pupuk padat berupa kasgot dan pupuk cair POC dan maggot sendiri ketika melebihi kapasitas.

"Akan tetapi, KPP TPS 3 Resik dan RMP saat ini belum bisa menjual hasil dari maggot maupun kompos itu sendiri. Dan kami masih mempergunakan maggot sendiri sebagai mesin pecacah atau penghancur sampah organik disini," kata Eka.

"Selain itu kami juga sedang membuat aplikasi-aplikasi yang mudah-mudahan berjalan dengan baik, seperti lele dan ayam," tuturnya.

Harapan KPP TPS 3 R dan RMP

Ketua KPP TPS 3 Resik, Eka Heryana berharap kepada masyarakat agar jangan selalu bosan-bosan memilah sampah dari rumah organik dan anorganik yang dibuang.

"Insya Allah dengan begitu memudahkan kami dan rekan-rekan akan mereduksi sampah tersebut. Mudah-mudah program citarum harum ini bisa berjalan dengan maggot ini," katanya.

Hal yang sama Direktur Utama RMP, Ridwan Kurniawan berharap apa yang digiatkan hari ini bisa menduplikasikan ke tempat yang lain di sekitaran Kabupaten Purwakarta. Semoga pemerintah menyambut kita antusias, bahwa permasalahan sampah bisa diatasi dengan budidaya atau larva BSF ini.

"Mudah-mudahan KPP TPS 3 Resik dan RMP bersama pemerintah bisa menduplikasi metode pengolahan sampah ini ketempat lain. Supaya apa yang menjadi harapan pemerintah sendiri dengan Raksapurinya bisa terwujud dengan sempurna. Dan juga kami mohon bantuan kepada masyarakat bahwa dalam pengelolaan sampah ini tidak mungkin hanya kita sendiri dan juga pemerintah, akan tetapi ini tugas bersama. Minimal bantu kami dengan cara memilah sampah dari rumah sendiri biar lebih efektif dan memudahkan pengolohan sampahnya," harap Ridwan.


Reporter: Abdar & Abun Bunyamin (KIM Kabupaten Purwakarta)