Gus Muwafiq, Berhasil 'Hijaukan' Plered. Tinggalkan Kesan Bathin Yang Mendalam Bagi Nahdliyin


Plered - KH. Ahmad Muwafiq atau yang lebih populer dengan panggilan Gus Muwafiq, hadir di Kabupaten Purwakarta. Gus Muwafiq berhasil ‘menghijaukan’ Plered dalam acara Rajaban Akbar sekaligus Peringatan Hari Lahir Nahdltul Ulama yang ke-93.

Lokasi acara bertempat di Pondok Pesantren Minnatul Huda, Desa Cibogo Hilir, Kecamatan Plered. Dihadiri ribuan warga Nahdliyin beserta para tokoh Nahdlatul Ulama Kabupaten Purwakarta.

“Hayu, sadaya PAC (GP Ansor Kecamatan) hadir, ngkin sonten angkat sareng”, ujar seorang anggota GP Ansor ketika dihubungi via Whatsapp.

Acara berlangsung tertib dan meriah, Gus Muwafiq dengan pembawaannya yang lugas berhasil menghipnotis hadirin. Berbekal penguasaannya yang mumpuni dalam bidang sejarah, berhasil membawakan tema Isra’ Mi’raj dengan sangat memukau. Ditambah lagi, Gus Muwafiq senantiasa menghubungkan kejadian fenomenal sejarah dengan tantangan islam dalam kekinian.

Seperti halnya tentang patung-patung yang ada di Purwakarta, dikaitkan dengan patung-patung yang ada di sekitar Ka’bah yakni Latta, Uzza dan Manat. Menurut Gus Muwafiq patung memang haram dibuat, seperti halnya gambar.


Tetapi kini menurut Gus Muwafiq, patung tidak lagi menjadi alat propaganda iblis yang menjadikan patung sebagai sembahan manusia, saat ini patung hanyalah tempat selfie dan tempat ngumpet saat kencing supaya tidak kelihatan orang.

“Iblis itu ya pusing, alat propagandanya (patung) sekarang tidak efektif lagi. (Patung) tidak lagi disembah, cuma buat selfi sama tempat kencing”, terang Gus Muwafiq disambut tawa dan sorakan hadirin.

Contoh lainnya adalah Gus Muwafiq cerita tentang adanya perbedaan risalah 3 agama samawi (Yahudi, Nasrani dan Islam), padahal semuanya berasal dari 1 orang yang sama yaitu Nabi Adam AS. Melalui kisah Isra’ Mi’raj, saat Nabi Muhammad SAW ditantang kaum Yahudi dan Nasrani di Makkah.

Nabi sebagai penutup semua Nabi, membawa Risalah terakhir. Kitab-kitab sebelumnya, yaitu Taurat, Zabur dan Injil harus ditinggalkan, karena Al-Qur’an yang sedang disyi’arkan oleh Nabi Muhammad adalah penyempurna Kitab-kitab sebelumnya. Saat itulah Nabi SAW ditantang, untuk menjelaskan sejarah Nabi-nabi terdahulu, tentang pembangunan Ka’bah, tantang Siti Hajar dan lainnya.

Melalui Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad SAW dipertemukan dengan Nabi-nabi terdahulu di Langit. Maka, setelah perjalanan dalam semalam tersebut Nabi SAW mampu menjelaskan banyak hal tentang sejarah sejak Nabi Adam AS, terutama tentang “Nabi-nabi”-nya Yahudi dan Nasrani (Bani Israil).

Juga tentang pembuatan pertama kali Ka’bah oleh Nabi Adam AS, serta pembangunan selanjutnya oleh Nabi Ibrahim AS dan Puteranya yaitu Nabi Ismail AS. Kemudian tentang kisah Siti Hajar berlari diantara bukit Shafa dan Marwah.

“Oleh karena itu kita wajib berhaji, (melaksanakan ibadah Haji) masuk dalam Rukun Islam”, terang Gus Muwafiq, diamini seluruh hadiri.

Nahdliyin dari berbagai penjuru Purwakarta tumpah-ruah hadiri acara Harlah NU ke-93 dan Rajaban Akbar ini. Warga Nahdlatul Ulama (Nahdliyin) yang dimaksud adalah para anggota Nahdltul Ulama, baik yang masuk dalam struktur kepengurusan maupun warga Nahdlatul Ulama yang tidak masuk dalam struktur (Kultural).

Tidak ketinggalan para anggota Badan Otonom (Banom), Lajnah dan ‘sayap’ Nahdlatul Ulama, seperti GP Ansor, Isnu, Muslimat NU, Fatayat NU, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Pelajar (Puteri) Nahdlatul Ulama (Ipnu/Ipnnu), Sarbumusi, LPPNU, LDNU, Pergunu dan Banyak lagi lainnya.

Sedangkan para tokoh yang tampak hadir diantaranya adalah KH. Abun Bunyamin (Ketua Dewan Syuriah PC Nahdlatul Ulama Kabupaten Purwakarta), Drs. H. Bachir Muhlis (Ketua Dewan Tanfidziyah PCNU Purwakarta), H. Dedi Mulyadi, SH., (Ketua DPD Golkar Jawa Barat), H. Ahmad Anwar Nasihin, SHI., (Ketua MDS Rijalul Ansor Jawa Barat), Muhamad Mahmud (Ketua PC GP Ansor Kabupaten Purwakarta), Ramlan Maulana (Ketua KPUD Kabupaten Purwakarta), Ahmad Sya’roni, SH., (Ketua Isnu), serta banyak lagi tokoh lainnya.

Gelaran acara Rajaban Akbar dan Harlah NU ke-93 ini sangat membekas dangan berbagai kesan bagi hadirin. Meskipun tausiyah Gus Muwafiq juga ditayangkan secara live melalui Youtube Live dan Facebook live, tetapi banyak yang merasa sangat beruntung malam tadi dapat hadir di Ponpes Minnatul Huda, Plered.

“Puas...Kita selaku Nahdlyin (Warga NU) tidak boleh diam. Kita harus bangun pendidikan untuk generasi mendatang”, ujar Saepudin, penasehat PAC GP Ansor Kecamatan Kiarapedes,

Berbeda dengan pendapat seorang pengurus cabang NU Purwakarta yang menurutnya apa yang diuraikan sebagai sejarah oleh Gus Muwafiq, ternyata sangat dengan kejadian-kejadian jaman sekarang.

“Najan sejarah, ningan pieunteungeun jang urang (jaman) ayeuna. Da iblis moal eureun ngagoda, tantangan (untuk ummat Islam) moal aya beak na. Salah sahiji konci na urang pan kedah faham jeung iman ka na kajadian Isra’ mi’raj (seperti diuraikan oleh Gus Muwafiq) tadi”, jelas Saepudin menambahkan.




(ENJS)