Inovasi BUMDes Jabar Diperlukan

Ilustrasi - BUMDes
KIMPurwakarta.web.id - Pandemi COVID-19 membuat roda ekonomi BUMDes Maju Desa Ujunggebang, Kabupaten Indramayu, berhenti berputar karena Wisata Pantai Plentong yang dikelolanya ditutup selama pembatasan sosial berlaku.

Direktur BUMDes Maju Desa Ujunggebang, Taripan, mengatakan, supaya kegiatan ekonomi tetap bergerak dimana pihaknya mulai memproduksi hand sanitizer.

"Karena pariwisata ditutup, BUMDes kami kebingungan harus ngapain. Setelah dipikir-pikir dan lihat sumber daya yang ada, akhirnya kami membuat hand sanitizer," kata Taripan.

Menurut Taripan, permintaan masyarakat untuk hand sanitizer konsisten meningkat selama pandemi COVID-19 dan untuk memenuhi permintaan tersebut, BUMDes Maju memperkerjakan beberapa warga desa.

"Kami juga berkolaborasi dengan BUMDes lain untuk pembuatan masker kain. Kami jual kembali kepada masyarakat dengan harga rendah, tapi tetap ada pemasukan untuk desa," ucapnya.


Taripan mengatakan, saat masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dimulai, pihaknya harus kembali melihat peluang yang ada. Tujuannya supaya kegiatan BUMDes dan ekonomi di desanya tetap bergairah.

Pedesaan di Jabar punya potensi besar di sektor ekonomi kreatif (ekraf). Desa Bantar Agung, Kab. Majalengka, misalnya yang memiliki sejumlah produk ekraf, seperti kriya maupun kuliner.

Guna mencuatkan potensi ekraf pedesaan, Pemda Provinsi Jabar melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar menggelar Village Talk atau program Ekraf Masuk Desa. Village Talk bertujuan melatih pelaku ekraf untuk meningkatkan kualitas produk dan memperluas pasar.

Sementara itu, Kepala Bidang Industri Pariwisata Disparbud Jabar, Azis Zulficar Aly, berharap dengan adanya acara tersebut pelaku ekraf terdorong untuk mempromosikan produk kreatifnya secara profesional.

"Untuk meningkatkan kembali perekonomian ini, kami berupaya memberikan bimbingan dan pelatihan bagaimana mereka harus bangkit. Di antaranya melalui promosi, branding dan pemasaran melalui beragam cara lewat digital,” kata Azis, di Bandung Rabu (12/08/2020)


Sebagai desa wisata, kata Azis, Desa Bantar Agung memiliki produk ekraf yang beragam mulai dari madu, keripik pisang, kopi yang dipetik dari kebun kaki Gunung Ciremai. Namun demikian pelaku ekraf kerap terkendala dalam proses pengemasan dan pemasaran.

"Kemasan kami buat desainnya, promosi digital juga dibantu hingga mengajari mereka bagaimana membuat konten digital yang menarik dengan waktu hanya beberapa detik saja. Produk-produk UKM dan ekraf dari desa kita link and match kan dengan market place. Salah satunya start-up rumah WA.com, dengan begitu pernyataan 'rezeki kota tinggal di desa bisnis mendunia' dapat terwujud," imbuhnya.


Sedangkan Kepala Desa Bantar Agung Maman Surahman berharap, pelaku ekraf di tempatnya kembali bergairah untuk terus berproduksi dan berinovasi. Pihaknya optimistis pelaku ekraf di desanya dapat menggerakkan ekonomi meskipun dalam pandemi Covid-19.

"Kami termotivasi untuk lebih maju lagi, baik perbaikan dari sisi pasar maupun kreasi dan lainnya. Apalagi, di sini masih banyak kendala soal akses pemasaran," kata Maman.

Salah satu pelaku ekraf Desa Bantar Agung, Anissa, mengatakan, pandemi Covid-19 memberikan pelajaran betapa pentingnya inovasi.

"Saya akan mulai memasarkannya secara online lebih memperbanyak pelanggan. Kedepannya saya harus berinovasi lagi. Materi yang didapat mendorong saya untuk terus memajukan bisnis dan turut menyejahterakan masyarakat sekitar," katanya.(*)