Infografis pengecekan arah kiblat. (Sumber: Kemenag). |
“Saat itu, bayang-bayang benda yang berdiri tegak lurus, di mana saja, akan mengarah lurus ke Ka’bah,” terang Agus Salim di Jakarta, Selasa (14/7).
Secara tanggal dan waktu, menurut Agus Salim, kejadian ini sama dengan peristiwa pada tahun 2018 lalu.
Menurutnya, peristiwa semacam ini dikenal juga dengan nama Istiwa A’dham atau Rashdul Qiblah, yaitu, waktu Matahari di atas Ka’bah dan bayangan benda yang terkena sinar matahari menunjuk arah kiblat. “Peristiwa yang sama terjadi juga pada 27 dan 28 Mei 2020 yang lalu,” tuturnya.
Momentum ini, lanjut Agus Salim, dapat digunakan bagi umat Islam untuk memverifikasi kembali arah kiblatnya, caranya adalah dengan menyesuaikan arah kiblat dengan arah bayang-bayang benda pada saat Rashdul Qiblah.
Dijelaskan Agus Salim, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses verifikasi arah kiblat, yaitu:
1. Pastikan benda yang menjadi patokan harus benar-benar berdiri tegak lurus atau pergunakan Lot/Bandul;
2. Permukaan dasar harus betul-betul datar dan rata; dan
3. Jam pengukuran harus disesuaikan dengan BMKG, RRI atau Telkom.