Keren..! Warga Jatiluhur Sukses Budidaya Jamur Merang dari Eceng Gondok

Warga Jatiluhur yang sukses budidaya jamur merang dari eceng gondok
Jatiluhur - Di Hari peringatan Habitat Dunia dan Hari Kota Dunia 2019, Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Tirta Wisata Jatiluhur menggelar panen perdana budidaya jamur merang dengan media tanam Eceng Gondok, Kamis (31/10/19).

Patut diapresiasi dari keberhasilan Kompepar Tirta Wisata Jatiluhur dalam mengembangkan budidaya jamur merang dengan media tanam dari limbah tanaman eceng gondok.

Eceng Gondok yang selama ini banyak menutupi perairan waduk Jatiluhur, yang dianggap mengganggu aktivitas di perairan Jatiluhur termasuk merusak kualitas air baku dari waduk terbesar di Indonesia ini.


Ternyata secara ekonomi bisa menambah jenis usaha baru masyarakat pada budidaya jamur merang, tebukti dengan kelompok ini berhasil menginisiasi pemanfaatan tumbuhan eceng gondok tersebut.
 


Kendati demikian, dalam pemanfaatan limbah eceng gondok sebagai media tanam jamur merang oleh kompepar Tirta Wisata Jatiluhur masih sangat sederhana. Kompepar ini baru membuat 3 kumbung kecil yang memanfaatkan bangunan rumah kosong.

Keberhasilan dari panen perdana dari 3 kubang sekitar 5 Kg Jamur Merang jenis Semi Putih. Dengan ratio medio tanam sejak menebar benih jamur di kompos eceng gondok, terhitung 10 hari telah dapat dipanen.

Ketua Kompepar Tirta Wisata Jatiluhur, Topik ditemui saat panen Jamur Merang di kampung Serpis, Desa Jatimekar, Jatiluhur, Kamis (31/10) mengaku senang pihaknya telah berhasil mengembangkan budidaya jamur merang dengan memanfaatkan limbah eceng gondok.

“Kurang lebih 2 bulan lah kita lakukan eksperimen ini (budidaya jamur merang). Awalnya kita gagal, jamur merang ga jadi, malah jamur jarum yang tumbuh. Tapi kini, alhamdulillaah tinggal pengembangannya”, jelas Topik semringah.

Topik menjelaskan, perbedaan dari eceng gondok dengan Jerami yang menjadi media tanam jamur, ternyata eceng gondok memiliki kelebihan yang tidak dimiliki jerami pada umumnya.

Menurutnya, salah satunya eceng gondok yang telah melewati masa pengomposan, memiliki daya tahan lebih lama untuk digunakan sebagai media tanam jamur. Hal tersebut menurut Topik, eceng gondok memiliki tekstur tangkai yang besar dan serat yang kuat dibanding jerami.

“Jadi bisa tahan lama digunakan sebagai media tanam. Bisa sampe 4 atau 5 kali panen. Eceng seratnya kuat dan kondisinya selalu lembab. Beda dengan jerami yang cepat busuk,” tambahnya.

Mengenai peluang usaha jamur merang dari media eceng gondok, topik optimistis akan dapat bersaing dengan jamur merang dari media tanam jerami. Menurutnya, bahan baku jerami akhir-akhir ini mulai susah didapat, sementara eceng gondok di perairan Jatiluhur masih tersedia cukup banyak.

 


“Intinya sih kita ingin mengembalikan kualitas air baku waduk Jatiluhur dari tumpukan eceng gondok. Nah ide awalnya disitu. Sekarang kan eceng gondok jadi berharga memiliki nilai ekonomis. Kita bisa beli eceng gondok kering dari masyarakat seharga lima ribu rupiah per karungnya. Setelah panen jamur kita bisa jual hingga 50ribu rupiah perkilonya. Ini peluang usaha baru selain menjadi petani kolam jaring apung,” pungkasnya.

Menurut anggota komisi 2 DPRD Purwakarta, yang membidangi pertanian, Dedi Sutardi mengapresiasi ikhtiar Kompepar Tirta Wisata Jatiluhur dalam memanfaatkan limbah eceng gondok di perairan Jatiluhur.

Ia pun menjelaskan, pihaknya terus memberikan suport untuk pengembangan budidaya jamur merang dengan media tanam eceng gondok ini. Terlebih, Jatiluhur menjadi daerah pemilihannya dan tempat tinggal dari anggota DPRD fraksi partai Keadilan Sejahtera ini.

“Ini patut kita dorong. Dan saya akan terus memberikan bimbingan terutama untuk pelatihan budidaya jamur bagi warga yang memang ingin serius mengembangkan budidaya jamur merang ini lewat eceng gondok,” ujar Dedi.


(Iman)
KIM Kecamatan Jatiluhur