Lomba Karya Ilmiah Remaja Kembali Digelar LIPI

KIMPurwakarta.web.id
- Sejak tahun 1969 LIPI telah melaksanakan pembinaan ilmiah melalui LKIR. Dalam proses penelitian finalis LKIR, mereka dibimbing oleh mentor yang merupakan peneliti LIPI. Selain itu, finalis LKIR dapat menggunakan fasilitas laboratorium LIPI untuk menguji penelitian mereka.

NYIA sendiri merupakan ajang yang menampilkan kreativitas dan inovasi remaja dalam teknologi yang membantu kehidupan sehari-hari. Sedangkan LYSA merupakan salah satu bentuk apresiasi LIPI bagi peneliti-peneliti muda dengan usia di bawah 40 tahun yang berprestasi dan konsisten dalam melakukan penelitian.

Kepala LIPI Laksana Tri Handoko mengungkapkan, generasi muda selalu menajdi bagian dari upaya kita dalam memajukan bangsa dan negara.

“Program LIPI salah satunya meningkatkan kecintaan terhadap sains, riset, dan inovasi, serta mencetak SDM dan generasi muda yang berani berfikir berbeda dan berkreasi menciptakan hal-hal baru,” jelasnya, Handoko melanjutkan, inovasi dan krativitas adalah kunci transformasi untuk mengahasilkan energi perubahan sebagai solusi mengatasi permasalahan dalam mengahdapi era kompetisi.

“Kita melihat bagaimana inovasi dan kraativitas menjadi penting untuk mengatasi pandemi ini. Pandemi adalah bencana, tetapi mari ambil hikmahnya. Di balik bencana selalu ada kesempatan. Ajang ini merupakan wadah menciptakan kesempatan untuk menagsah kapasitas dan kompetensi adik-adik untuk masa depan,” paparnya.

Meskipun dalam situasi pandemi COVID-19 tidak menghalangi para finalis untuk berkarya.

“Karya-karya finalis NYIA tahun ini sangat inspiratif dan memiliki nilai hak kekayaan intelektual termasuk patentabilitas yang tinggi untuk kategori teknologi. Dalam kondisi pandemi COVID-19, semua peserta dapat menyampaikan karyanya dengan sangat apik dan profesional serta menguasai teknologi IT,” jelas ketua dewan juri NYIA sekaligus peneliti Pusat Penelitian Fisika LIPI, Nurul Taufiqu Rochman.

“Kompetisi LKIR telah beberapa hasil penelitian finalis yang telah melalui review oleh para mentor siap dipublikasikan pada jurnal nasional bahkan dapat menjadi jurnal global. Finalis-finalis LKIR cukup berani untuk melakukan penelitian yang cukup rumit dan sulit untuk level pelajar,” jelas ketua dewan juri LKIR dan peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI I Made Sudiana.

Made juga menjelaskan beberapa penelitian sudah menggunakan analisis statistika, modelling dan bioinformatika yang cukup rumit. Finalis Kompetisi LKIR di bidang kajian sosial, telah mampu meningkatkan kepekaannya terhadap lingkungan. Mereka berhasil memasukkan kajian budaya tradisional dan pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat.(*)